Sabtu, 10 Desember 2011

Model Jagat Raya

بسم الله الرحمن الرحيم

Jauh sebelum ditemukannya teleskop, semenjak Allah menciptakan Nabi Adam A.S. sebagai manusia pertama yang diberi ilmu langsung oleh Yang Mahamengetahui[1] untuk mengenal apa yang Allah ciptakan kemudian diwariskan kepada anak-cucunya. Setelah keturunan Nabi Adam A.S. semakin banyak, mereka menyimpang dari koridor yang telah diajarkan oleh Nabi Adam A.S.. Kemudian Allah mengutus Nabi Idris A.S. dan ilmu pun diteruskan dan dikembangkan oleh Nabi Idris A.S. sebagai orang pertama yang menulis dengan pena, penulis baju (pembatik) dan pakaian yang dijahit, observasi dan menghitung pada ilmu perbintangan (Falakiy/Astronom)[2], bercocok tanam, mengajarkan berbagai benih (botani), menentukan musim dan sebagainya. Nabi Idris A.S. juga dikenal sebagai Osiris yang kemudian dikultuskan menjadi Dewa Mesir (yakni setelah para pendeta mendewakannya) [3] setelah Allah mengangkatnya ke langit[4]. Semenjak itulah banyak mitos-mitos yang berkembang termasuk pada ilmu perbintangan.
Beberapa bangsa, seperti Bangsa Mesir, Babilonia, Cina, dan Yunani secara teliti mengamati benda-benda langit dan pergerakannya. Bangsa Yunani mengamati bahwa di langit ada benda-benda yang kelihatan bergerak relatif terhadap bintang-bintang. Mereka menamakan benda-benda langit ini sebagai Planeten, yang berarti “Pengelana”. Inilah yang sekarang kita kenal sebagai Planet-planet mulai dari Merkurius sampai Saturnus. Tokoh yang pertama mengembangkan kosmologi[5] semacam ini adalah Thales dari Miletus (sekitar 629–555 SM) yang sering disebut sebagai filsuf Yunani dan astronom pertama yang berhasil mengembangkan metode survei dan trigonometri yang dipelajari dari Bangsa Babilonia dan Mesir kemudian diterapkan untuk benda-benda langit[6].
Sebagian besar pemikir Yunani mengerti bahwa sebenarnya Bumi itu berbentuk bola, bukan datar. Bahkan salah seorang ahli ilmu perbintangan mereka menghitung dengan cukup teliti ukuran bumi dengan menggunakan metode geometri. Namun, beberapa ahli ilmu perbintangan Yunani memahami jagat raya dengan cara lain. Pada abad ke-5 sebelum Masehi ahli ilmu perbintangan Yunani, Anaxagaros, memutuskan bahwa matahari, bumi, dan planet-planet bukanlah sekedar cahaya di langit. Alih-alih, ia bahkan menggambarkannya sebagai benda-benda padat seperti Bumi.
Satu abad kemudian, pemikir Yunani Heraclides, mempersembahkan gagasan baru yang lain. Ia menyatakan bahwa bumi bukannya tinggal diam. Sebaliknya, tulis Heraclides, bumi berputar – yaitu berputar seperti sebuah gasing. Ia juga menyatakan bahwa planet-planet berputar mengelilingi matahari. Namun, ia masih berpikir bahwa matahari, dengan keluarga planetnya, berputar mengelilingi bumi.
Beberapa tahun kemudian Aristarchus dari Samos, melangkah lebih jauh menuju suatu pandangan jagat raya yang modern. Ia menyatakan  bahwa bumi bukanlah pusat semua benda. Ia malah berpikir bahwa bumi itu berputar mengelilingi matahari[7].
A.    Model Antroposentris
Jauh sebelum Bangsa Yunani menggagas model jagat raya, semenjak manusia memperhatikan langit untuk pertama kalinya, timbullah kesan bahwa alam semesta ini bergerak secara teratur dan memiliki titik sentral sebagai pusat alam semesta. Ketika pergerakan benda-benda langit itu diperhatikan secara seksama – seolah-olah pergerakan benda langit itu mengelilingi  (memutari manusia). Dilihat di Timur sebagai titik terbit kemudian bergerak ke atas (zenit) lalu tergelincir dan terbenam di arah barat dan seterusnya.  Dari gambaran ini manusia menyimpulkan bahwa alam semesta bergerak mengelilingi manusia sebagai titik sentral alam semesta sehingga disebut dengan Antroposentris. Antroposentris sendiri berasal dari bahasa Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti “manusia” atau “orang”[8] sedangkan sentris yang berarti kontrol dalam bahasa Yunani κέντρον (kentron = pusat).
B.     Model Philolaus
Philolaus yang hidup pada akhir abad ke-5 SM berpendapat bahwa pusat peredaran benda-benda antariksa ditempati oleh Pusat Api Raksasa (a Huge Central Fire). Sekeliling Pusat Api ini bergeraklah Bumi setiap hari dengan lintasan yang berbentuk lingkaran. Ia berpendapat bahwa Matahari, Bulan, dan bintang-bintang bergerak pula mengedari Pusat Api ini. Selain benda-benda antariksa seperti disebutkan di atas, Philolaus masih menyebut-nyebut pula adanya benda antarika lain, yang disebut Bumi Imbangan (Counter Earth), sebab letak benda antariksa tersebut seolah-olah mengimbangi kedudukan Bumi[9].
Sebelum itu, Pythagoras (580-500 SM) yang pertama mengembangkan gagasan bahwa alam semesta mengikuti hukum-hukum yang bersifat kuantitatif. Dia menyatakan bahwa masing-masing benda langit, yakni Bulan, Matahari, Bumi, dan Planet-planet, terletak pada bola-bola konsentris (sepusat) yang berputar mengitari pusat alam semesta[10].
C.    Model Geosentris
Kepercayaan umum lainnya orang-orang zaman dahulu, termasuk orang Yunani adalah bahwa pusat jagat raya itu adalah bumi. Karena memang begitulah tampaknya. Benda-benda langit tampak mengelilingi bumi. Planet-planet menyerupai titik-titik cahaya yang setiap malam bergerak lambat-lambat di antara bintang-bintang. Bintang-bintang itu tampaknya juga beredar mengelilingi bumi. Kalau kita sama sekali tidak mengetahui ilmu perbintangan, akan wajarlah kalau kita berpendapat, seperti halnya orang-orang zaman dahulu, bahwa bumi adalah pusat segala sesuatu – pusat jagat raya[11].
Seorang ilmuwan Yunani pada abad ke II sekitar tahun 140 SM bernama Claudius Ptolemeus yang berasal dari Alexandria di Mesir, mengumpulkan semua pengetahuan perbintangan dan ilmu-ilmu lain pada zamannya ke dalam satu seri buku.
Gambar jagat raya yang dikembangkannya dikenal sebagai sistem Ptolomeus, yang merupakan pandangan tentang jagat raya yang diterima umum selama kira-kira seribu tiga ratus tahun. Namun, jauh sebelum Ptolomeus mengusulkan modelnya – Kosmolog Yunani kuno yaitu Plato, Eudoxus, dan Aristoteles[12] terlebih dahulu menyadari hal itu.
Dalam sistem Ptolomeus itu Bulan, Matahari, Bintang-bintang, dan Planet-planet diperkirakan melalui jalan-jalan yang melingkar sempurna mengelilingi Bumi. Memang untuk pengertian ini tidak ada alasan ilmiah. Hal itu hanya disesuaikan dengan gagasan orang Yunani bahwa lingkaran merupakan bentuk yang sempurna[13]. Akan tetapi, beberapa ahli ilmu perbintangan Yunani menyadari bahwa perjalanan Planet, atau orbit, tidak benar-benar menyerupai lingkaran yang sempurna di sekeliling Bumi. Oleh karena itu, para pengikut Ptolemeus berusaha memikirkan cara untuk menerangkan fakta ini.
Ada satu hal lagi yang tampak “salah” mengenai cara bergerak beberapa Planet di langit. Kadang-kadang Planet-planet itu sama sekali tidak tampak berputar mengelilingi Bumi, tetapi bergerak mundur.
Dalam buku yang berjudul Almagest, Ptolomeus menjelaskan bahwa semua benda langit bergerak melingkari sebuah titik, dan lintasan benda ini disebut episikel (epicycle). Episikel bergerak dalam lingkaran lebih besar yang disebut deferent. Bumi bukan pusat deferent, melainkan terletak tidak terlalu jauh dari pusat deferent, yakni pada titik yang disebut equant[14].
Pengertian episiklus yang digunakan dalam Ptolemeus memang rumit. Tidak terdapat alasan ilmiah di belakangnya. Teori ini hanya bermaksud memudahkan orang melukiskan jalan berbagai Planet sebagai suatu sistem lingkaran yang sempurna[15].
D.    Model Heliosentris
Gagasan yang disarankan oleh Aristarchus, yaitu bahwa Bumi sesungguhnya bergerak di ruang angkasa mengelilingi Matahari, adalah sangat aneh bagi orang-orang pada zamannya. Sehingga kepercayaan umum masih tetap bahwa bumi itu diam dan teori Aristarchus dihiraukan.
Model Geosentris juga diterima oleh para saintis Islam sebelum al-Biruni sekalipun seperti ar-Razi, Ibnu Sina, dan bahkan al-Farabi menegaskan bahwa Bumi “tidak bergerak dari tempatnya, tidak pula bergerak di tempatnya.” Secara rinci dari pengamatan dan perhitungan pribadinya, al-Biruni meragukan pernyataan tegas tersebut. Al-Biruni mengemukakan konsepnya sendiri tentang kemungkinan gerak Bumi seraya berkata “Ajaran bahwasannya Bumi itu diam adalah satu di antara dasar penting astronomi, dogma para astronom Hindu, tetapi ini memberikan banyak kesukaran besar.”[16] Bahkan al-Biruni berusaha menggunakan eksperimen untuk membuktikan gerakan Bumi. Pada karyanya “Tentang Berbagai Cara Pembuatan Jenis-jenis Astrolabe” al-Biruni melukiskan beberapa jenis astrolabe, yang telah dibuat oleh Abu Said Sigizi. Satu dari astrolabe ini dibuat berdasarkan prinsip yang mempertimbangkan gerakan Bumi. Menunjuk sambil memuji ide yang telah diterapkan dalam kontruksi astrolabe, al-Biruni menulis: “ Saya sudah melihat, pada Abu Said ada astrolabe jenis lain daripada yang lain. Astrolabe ini sederhana, tetapi rumit juga karena ada astrolabe Selatan dan astrolabe Utara. Abu Said menamakannya al-Zanraki – bentuk perahu. Saya menganggap ini suatu penemuan yang sangat indah, berdasar pada prinsip keyakinan kuat dalam hal gerakan Bumi, dan bukan gerakan atap-langit.” Selain astrolabe, al-Biruni melakukan eksperimen yang berkaitan dengan kemiringan ekliptika dan penentuan garis bujur apogea Matahari untuk mempertegas heliosentris.[17]
Pada abad ke-15, terjadilah revolusi besar dalam model tentang Tata surya seperti yang diusulkan oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Di dalam buku De Revolutionibus Orbium Caelestium (Tentang Revolusi Berbagai Bola Langit) model Heliosentris dituangkan pada tahun 1543[18]. Dalam bukunya Ia mengungkapkan hutang budinya pada al-Battani perihal trigonometri De Scienta Stellarium De Numeris Stellarium et motibus dan al-Zarqali dan mengutip karya mereka beberapa kali[19]. Copernicus melihat bahwa model Ptolomeus terlalu mengada-ada dan terlalu rumit. Ia tidak percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan sengaja menjadikannya sedemikian rumit. Model heliosentris ini cukup menghebohkan dunia ilmiah Eropa pada saat itu, seiring dengan reformasi yang sedang berjalan. Pada tahun 1616, Gereja Katolik bereaksi keras lalu memasukkan buku tersebut ke dalam index buku hitam (buku terlarang karena dianggap menghujat). Larangan ini baru dicabut tahun 1835[20].
E.     Model Tycho Brahe
Gagasan Copernicus tentang jagat raya yang berpusat pada Matahari tidak dengan segera diterima oleh kebanyakan ahli astronomi dan masyarakat lainnya. Tycho Brahe misalnya, adalah seorang ahli pengamat perbintangan penting yang hidup pada pertengahan akhir abad ke-16. Ia tidak percaya bahwa Bumi bukan pusat jagat raya. Sebagai gantinya, ia menyarankan bahwa berbagai Planet lainnya berputar mengelilingi Matahari dan seterusnya Matahari berputar mengelilingi Bumi[21].

واﷲ أعلم
اﷲ يأخذ بأيدينا إلى مافيه خير للأسلام والمسلمين
[1] Lihat Q.S. al-Baqarah (2): 31-33
[2] ats-Tsa’labi, Muhammad bin Ibrahim an-Naysaburiy. Qishashul Anbiya. 2006. Beirut: Darul Kitab Ilmiyah. hal. 46.
[3] Yunus , Adil Thaha. Jejak-jejak Para Nabi Allah: Berdasarkan Fakta-Fakta Historis dan Temuan-temuan Arkeologis Modern . 2006. Bandung: Pustaka Hidayah. hal. 47
[4] Lihat Q.S. Maryam (19): 56-57
[5] Paham tentang struktur alam semesta yang bersifat rasional dan tidak diselubungi hal-hal yang berbau mitologis
[6] Admiranto, Agustinus Gunawan. Menjelajahi Tata Surya. 2009. Yogjakarta: Kanisius. hal. 2
[7] Ilmu Pengetahuan Populer. 2005. Jilid 1.  Jakarta: C.V.  Prima Pretiy,  Grolier International, INC. hal. 3-4
[8]  Wikipedia/Antropologi. Op. cit.
[9] Abdulgani, Sutarya. Bumi Antariksa Astronomi Untuk SMA. 1980. Bandung: Tarate. hal. 22
[10] Menjelajahi Tata Surya. Op. cit. hal. 2-3
[11] Ibid. Menjelajahi Tata Surya. hal. 3
[12] Plato mengungkapkan bahwa semua benda langit bergerak mengitari Bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk lingkaran. Ia berpendapat bahwa lingkaran dan bola adalah bentuk geometri yang sempurna karena mereka semua diciptakan oleh makhluk paling sempurna, Tuhan.
Seorang murid Plato, Eudoxus – mulai mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan benda-benda langit. Menurut Eudoxus, setiap Planet terletak pada bola-bola konsentris, dan pergerakan Planet disebabkan rotasi bola-bola ini berbeda-beda – efeknya adalah pergerakan Planet sebagaimana diamati Eudoxus, misalnya gerak retrograd (gerak maju mundur) Mars.
Setelah Eudoxus, Aristoteles (350 SM) mengembangkan gagasan Eudoxus lebih jauh. Ia berpendirian bahwa Bumi merupakan pusat alam semesta dan menjadi titik pusat peredaran benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, dan Planet-planet. Ia mengatakan bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah bola sepusat, dan setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit. Bola-bola ini masing-masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kadang-kadang ada yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi seperti yang diamati pada Mars. Bola terluar dari ke-55 buah bola ini merupakan tempat kedudukan bintang yang tetap diam. Di luar sistem bola, terdapat penggerak utama sistem semesta – yang menurut Aristoteles dinamakan Primum Mobile. (Menjelajahi Tata Surya. Op. cit. hal. 3-4)
[13]   Sekarang kita mengetahui bahwa planet bergerak menurut bentuk elips – bentuk seperti lingkaran yang agak dipipihkan – ketika Planet-planet itu bergerak mengelilingi Matahari
[14] Menjelajahi Tata Surya. Op. cit. hal. 4-5
[15] Ilmu Pengetahuan Populer. Op. cit. hal. 4
[16] Kondisi dunia Timur abad pertengahan pada waktu itu bahwa dominasi agama dengan kekuasaan tidaklah terpisahkan. Para astronom Timur terkemuka seperti Hasan Ali Marakashi (abad ke-13), Abu Ali Birdjandi (abad ke-16) dan lain-lainnya berkali-kali menyatakan keheranannya, bahwa pada waktu para ilmuwan besar yang otoritas ilmiahnya tidak diragukan berada pada pihak geosentrisme dan menganggap bahwa Bumi tidak bergerak.
[17] Sadykov, Kh. U. Abu Raihan al-Biruni dan Karyanya dalam Astronomi dan Geografi Matematika.  Penyadur: Mursid Djokolelono, M.Sc. 2007. Jakarta: Suara Bebas. hal. 44-50
[18] Menjelajahi Tata Surya. Op. cit. hal. 4-5
[19] Zahoor, A. Dominasi Ilmuwan Islam Th. 700-1400 M. 2003. Terjemahan Amdiar Amir, SE. Depok: Bina Mitra Press. hal. 98
[20] Menjelajahi Tata Surya. Loc. cit. hal. 4-5
[21] Ilmu Pengetahuan Populer. Op. cit. hal. 6

Materi ini bisa didownload di sini dengan format Rich Text Format (*.rtf) pada word. Semoga bermanfaat…
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komenar anda mengenai postingan ini ..
Diharapkan TIDAK SARA,KASAR,dan sebagainya ..

Entri Populer